Minggu, 31 Maret 2013

Suvervisi Dalam Keperawatan


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan. Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari Perawat profesional. Oleh karena itu sebagai seorang manajer keperawatan atau sebagai Perawat profesional diharapkan mempunyai kemampuan dalam supervisi dan evaluasi.

Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segalam kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya.

Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah –masalah yang terjadi di unit keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.





BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian
Supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segalam bantuan dari pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi semacam ini adalah merupakan dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan para perawat.
Prajudi Atmosudiro (1982), Supervisi diartikan sebagai pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin.
Swansburg (1999), Supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian tugas-tugasnya.

B.   Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :
·         Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
·         Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).

C.   Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi
·         Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
·         Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan otoriter.(Suarli dan Bahtiar, 2009).

D.   Tujuan
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas

Swansburg & Swansburg (1999) menyatakan bahwa tujuan supervisi keperawatan antara lain:
·         Memperhatikan anggota unit organisasi disamping itu area kerja dan pekerjaan itu sendiri.
·         Memperhatikan rencana, kegiatan dan evaluasi dari pekerjaannya.
·         Meningkatkan kemampuan pekerjaan melalui orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai kebutuhannya serta mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan keperawatan.


E.   Sasaran supervisi
Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah sebagai berikut:
·         Pelaksanan tugas sesuai dengan pola
·         Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
·         Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinue/sistematis
·         Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis.
·         Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang
·         Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan objek/rational
·         Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan.

F.    Fungsi Supervisi
·         Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
·         Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
·         Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli, dan mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
·         Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan mangajak untuk diikutsertakan (sharing).



G.   Model – model supervisi
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
Ø  Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan
Ø  Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secaraberkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, insrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
Ø  Model Klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
Ø  Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.

H.   Karakteristik Supervisi
·         Mencerminkan kegiatan asuhan keprawatan yang sesungguhnya
·         Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada
·         Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala
·         Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau penanggung jawab yang ditunjuk)
·         Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
I.      Langkah – langkah supervise
a.     Pra supervise
·         Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
·         Supervisor menetapkan tujuan
b.    Supervisi
·         Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
·         Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
·         Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associste untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
·         Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
·         Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan Perawat Associate
·         Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer dan Perawat Associate
·         Supervisor memberikan reinforcement pada Perawat Primer dan Perawat Associate.
J.    Tehnik Supervisi
v  Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu :
a.    Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b.    Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian.
c.    Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan.
v  Area Supervisi.
a.    Pengetahuan dan pengertian tentang klien.
b.    Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c.    Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati
v  Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, Yaitu:
a.    Langsung.
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back dan perbaikan. Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
o   Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor.
o   Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan petunjuk.
o   Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.



b.     Supervisi secara tidak langsung :
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

K.   Pelaksana supervisi keperawatan
§  Kepala ruangan
§  Pengawas perawatan (supervisor)
§  Kepala bidang keperawatan

L.    Kompetensi Supervisor Keperawatan
·         Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
·         Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
·         Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
·         Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
·         Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan.
·         Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
·         Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.






BAB III
PENUTUP

.A. KESIMPULAN
            Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien.
Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.












DAFTAR PUSTAKA

Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan profesional, Salemba Medika, Jakarta

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga


Askep Distosia


BAB I
DISTOSIA
I.                    KONSEP MEDIS
A.     Pengertian
ü  Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784)
ü  Distosia adalah persalinan yang sulit
ü  Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan. (Rustam Mukhtar, 1994)

B.      Etiologi
Distosia dapat disebabkan oleh :
                     1.      Kelainan tenaga/ power
                     2.      Kelainan jalan lahir/ passage
                     3.      Kelainan letak dan bentuk janin/ passager

C.      Klasifikasi
v  Kelainan His
His yang tidak normal baik kekuatan atau sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan

a.      Jenis kelainan :
·         Inersia uteri : His yang sifatnya lebih lama, singkat dan jarang dibandingkan his normal
                                      -  Inersia uteri pimer
   Kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan
                                      -  Inersia uteri sekunder
Kelemahan timbul sesudah adanya his yang kuat, teratur dalam waktu yang lama
·         Tetania uteri (hypertonic  uterin contraction)
His yang terlalu kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim

·         Incoordinate uterin action
Sifat his yang berubah dimana tidak ada koordinasi dan sikronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya.

b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi :
o   Kehamilan primi gravida tua atau multi gravida
o   Herediter
o   Emosi dan kekuatan
o   Kelainan uterus
o   Kesalahan pemberian obat
o   Kesalahan pimpinan persalinan
o   Kehamilan kembar dan post matur
o   Letak lintang
v  Jenis kelainan jalan lahir
                        1. Kelainan bentuk panggul
§  Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intra uterin
                                -  Panggul naegele
                                -   Panggul robert
                                -   Split pelvis
                                -    Panggul asimilasi
§  Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul/ sendi panggul
                                -  Rakhitis
                                -   Osteomalasia
                                -   Neoplasma
                                -   Atrofi, karies, nekrosis
                                -    Penyakit pada sendi sakroiliaca dan sendi sakrokoksigea
§  Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang
                                -   Kiposis
                                -   Skoliosis
                                -    Spondilolitesis
§  Perubahan bentuk karena penyakit kaki
*       
                  2. Kalainan traktus genitalia
ü  Pada vulva terdapat edem, stenosis dan tumor yang dipengaruhi oleh ganggua gizi, radang atau perlukaan dan infeksi
ü  Pada vagina yang mengalami sektrum dan dapat memisahkan vagina atau beberapa tumor
ü  Pada serviks karena disfungsi uterin action atau karena parut/ karsinoma
ü  Pada uterus terdapatnya mioma atau adanya kelainan bawaan seperti letak uterus abnormal
ü  Pada ovarium terdapat beberapa tumor
v  Jenis Kelainan Janin
                        1. Kelainan letak kepala/ mal presentasi/ mal posisi diantaranya :
                              a.  Letak sunsang
                              b.  Letak lintang
                        2.  Kelainan bentuk dan ukuran janin diklasifikasikan :
Ø  Distosia kepala pada hidrocepalus, kepala besar, higronoma koli (tumor dileher)
Ø  Distosia bahu pada janin dengan bahu besar
Ø  Distosia perut pada hidropsfetalis, asites
Ø  Distosia bokong pada spina bifida dan tumor pada bokong janin
Ø  Kembar siam

         D .  Manifestasi Klinik
               a. Ibu :
ü  Gelisah
ü  Letih
ü  Suhu tubuh meningkat
ü  Nadi dan pernafasan cepat
ü  Edem pada vulva dan servik
ü  Bisa jadi ketuban berbau



               b. Janin
ü  DJJ cepat dan tidak teratur

E.      Manajemen Terapeutik
                    Penanganan Umum
                       -  Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
                       -  Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
                       -  Kolaborasi dalam pemberian :
ü Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
ü Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg (IM)
                         Perbaiki keadaan umum
ü  Dukungan emosional dan perubahan posisi
ü  Berikan cairan

                    Penanganan Khusus
                   1. Kelainan His
                    TD diukur tiap 4 jam
                    DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
                    Pemeriksaan dalam :
ü  Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)
ü  Berikan analgetik seperti petidin, morfin
ü  Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his
                   2. Kelainan janin
                    Pemeriksaan dalam
                    Pemeriksaan luar
                    MRI
                              Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan
                   3. Kelainan jalan lahir
Kalau konjungata vera <8 (pada VT terba promontorium) persalinan dengan SC
         II. ASUHAN KEPERAWATAN
               A.  Pengkajian
               1. Identitas Klien
               2. Riwayat Kesehatan
               a. RKD
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
               b. RKS
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
               c. RKK
Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan pre eklamsi
               3. Pemeriksaan Fisik
o   Kepala, rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe
o   Mata
o   Biasanya konjungtiva anemis
o   Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan

o   Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.


o   Vulva dan Vagina
*      Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
o   Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan kelainan tulang belakang

                     B. Diagnosa Keperawatan
Ø  Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partu
                                    lama, kontraksi tidak efektif
Ø  Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul,partus               lama,CPD
Ø  Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan masukan cairan
Ø  Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan lunak karena persalinan lama
Ø  Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive
Ø  Cemas b/d persalinan lama

                     C.  Intervensi
a.Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang
                        Kriteria :    -    Klien tidak merasakan nyeri lagi
                       -     Klientampak rilek
                       -     Kontraksi uterus efektif
                       -     Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
ü  Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan nyeri tekan abdomen
Rasional :  Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala pada servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri
ü  Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
Rasional : Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga skala dapat diketahui intensitas nyeri klien
ü  Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri
ü  Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan nyeri, Bantu klien dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur
Rasional :Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan   mengurangi rasa nyeri
ü  Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga
Rasional : Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan terhindari
ü  Kolaborasi :
Berikan narkotik atau sedative sesuai instruksi dokter
                                                           Rasional : Pemberian narkotik atau sedative dapat mengurangi nyeri
Siapkan untuk prosedur bedah bila diindikasikan

b.Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD
Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari
Kriteria : -  DJJ dalam batas normal
                    -   Kemajuan persalinan baik

Intervensi :
ü  Melakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi
Rasional : Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan kelahiran sesarea. Abnormalitas lain seperti presentasi wajah, dagu, dan posterior juga dapat memerlukan intervensi khusus untuk mencegah persalinan yang lama
ü  Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan sering perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap kontraksi uterus
Rasional :  DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata percepatan dengan variasi rata-rata, percepatan dalam respon terhadap aktivitas maternal, gerakan janin dan kontraksi uterus.
ü  Catat kemajuan persalinan
Rasional :  Persalinan lama/ disfungsional dengan perpanjangan
fase laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress berat, infeksi berat, haemoragi karena atonia/ rupture uterus. Menempatkan janin pada resiko lebih tinggi terhadap hipoksia dan cedera
ü  Infeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas klamidial
Rasional :  Penyakit hubungan kelamin didapat oleh janin selama proses melahirkan karena itu persalinan sesaria dapat diidentifikasi khususnya klien dengan virus herpes simplek tipe II
ü  Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit
Rasional : Perubahan pada tekanan caitan amnion dengan rupture atau variasi deselerasi DJJ setelah robek dapat menunjukkan kompresi tali pusat yang menurunkan transfer oksigen kejanin
ü  Posisi klien pada posisi punggung janin
Rasional :Meningkatkan perfusi plasenta/ mencegah sindrom hipotensif telentang

D.      Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan

E.      Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.  















BAB II
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan.
 (Bobak, 2004 : 784)
Distosia dapat disebabkan oleh :
                     1.      Kelainan tenaga/ power
                     2.      Kelainan jalan lahir/ passage
                     3.      Kelainan letak dan bentuk janin/ passager

B.      Kritik dan Saran
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari pembaca sekalian

















DAFTAR PUSTAKA

Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi.
Bandung : Eleman
FKUI Universitas Padjajaran. 1982. Obstetric Patologi. Bandung : Elstar offset
Cunningham, F. Gary. 1995. Obstetric Williams. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 1990. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia
Medica
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo