BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Supervisi
dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta keseluruhan
tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan.
Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari Perawat
profesional. Oleh karena itu sebagai seorang manajer keperawatan atau sebagai
Perawat profesional diharapkan mempunyai kemampuan dalam supervisi dan
evaluasi.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segalam kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya.
Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah –masalah yang terjadi di unit keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segalam kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya.
Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah –masalah yang terjadi di unit keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Supervisi
mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segalam bantuan dari
pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para
perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan
supervisi semacam ini adalah merupakan dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan para perawat.
Prajudi Atmosudiro (1982), Supervisi
diartikan sebagai pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan
pekerjaan yang sifatnya rutin.
Swansburg (1999), Supervisi adalah
suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian
tugas-tugasnya.
B. Manfaat
Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan
dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :
·
Supervisi
dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan
dan bawahan.
·
Supervisi
dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat
kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat
dicegah.
Apabila kedua
peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan
suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan
berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti
lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi
dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
C. Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi
·
Tujuan
utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk
mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
·
Sejalan
dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan
suportif, bukan otoriter.(Suarli dan Bahtiar, 2009).
D. Tujuan
Tujuan supervisi adalah pemenuhan
dan peningkatan pelayananan pada klien dan keluarga yang berfokus pada
kebutuhan, ketrampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas
Swansburg & Swansburg (1999) menyatakan bahwa tujuan supervisi keperawatan antara lain:
Swansburg & Swansburg (1999) menyatakan bahwa tujuan supervisi keperawatan antara lain:
·
Memperhatikan
anggota unit organisasi disamping itu area kerja dan pekerjaan itu sendiri.
·
Memperhatikan
rencana, kegiatan dan evaluasi dari pekerjaannya.
·
Meningkatkan
kemampuan pekerjaan melalui orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai
kebutuhannya serta mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan keperawatan.
E. Sasaran
supervisi
Sasaran
yang harus dicapai dalam supervisi adalah sebagai berikut:
·
Pelaksanan
tugas sesuai dengan pola
·
Struktur
dan hirarki sesuai dengan rencana
·
Staf
yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinue/sistematis
·
Penggunaan
alat yang efektif dan ekonomis.
·
Sistem
dan prosedur yang tidak menyimpang
·
Pembagian
tugas, wewenang ada pertimbangan objek/rational
·
Tidak
terjadi penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan.
F. Fungsi
Supervisi
·
Dalam
keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir proses
pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan
keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
·
Fungsi
utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor yang
mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
·
Fungsi
utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli, dan
mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
·
Fungsi
supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mangajak untuk diikutsertakan (sharing).
G. Model
– model supervisi
Selain cara supervisi yang telah
diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi
antara lain (Suyanto, 2008):
Ø Model konvensional
Model supervisi
dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam
pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan
dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil
karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik
ataupun keberhasilan yang telah dilakukan
Ø Model ilmiah
Supervisi
dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya
mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan
dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan
secaraberkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, insrument dan standar
supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan
umpan balik dan bimbingan.
Ø Model Klinis
Supervisi model
klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan
profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn
keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya
dibandingkan dengan standar keperawatan.
Ø Model artistic
Supervisi model
artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman
sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi.
Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara
perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
H. Karakteristik
Supervisi
·
Mencerminkan
kegiatan asuhan keprawatan yang sesungguhnya
·
Mencerminkan
pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada
·
Kegiatan
yang berkesinambungan yang teratur atau berkala
·
Dilaksanakan
oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau penanggung jawab yang
ditunjuk)
·
Menunjukkan
kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
I. Langkah
– langkah supervise
a. Pra supervise
·
Supervisor
menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
·
Supervisor
menetapkan tujuan
b. Supervisi
·
Supervisor
menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah
disiapkan.
·
Supervisor
mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
·
Supervisor
memanggil Perawat Primer dan Perawat Associste untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
·
Supervisor
mengklarifikasi permasalahan yang ada.
·
Supervisor
melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan Perawat Associate
·
Supervisor
memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer dan Perawat Associate
·
Supervisor
memberikan reinforcement pada Perawat Primer dan Perawat Associate.
J. Tehnik
Supervisi
v Proses supervisi keperawatan terdiri
dari 3 elemen kelompok, yaitu :
a. Mengacu pada standar asuhan
keperawatan.
b. Fakta pelaksanaan praktek
keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian.
c. Tindak lanjut dalam upaya
memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan.
v Area Supervisi.
a. Pengetahuan dan pengertian tentang
klien.
b. Ketrampilan yang dilakukan
disesuaikan dengan standar.
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan
misalnya kejujuran, empati
v Cara Supervisi
Supervisi dapat
dilakukan melalui dua cara, Yaitu:
a. Langsung.
Supervisi
dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, dimana
supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back dan perbaikan. Supervisi
dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, dimana
supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back dan perbaikan.
Adapun
prosesnya adalah:
o
Perawat
pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi oleh
supervisor.
o
Selama
proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan petunjuk.
o
Setelah
selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan
untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang.
Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.
b. Supervisi secara tidak langsung :
Supervisi
dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan
fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
K. Pelaksana
supervisi keperawatan
§ Kepala ruangan
§ Pengawas perawatan (supervisor)
§ Kepala bidang keperawatan
L. Kompetensi
Supervisor Keperawatan
·
Memberikan
pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
·
Memberikan
saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
·
Memberikan
motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
·
Mampu
memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
·
Memberikan
latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan.
·
Melakukan
penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
·
Mengadakan
pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.
BAB
III
PENUTUP
.A.
KESIMPULAN
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi
memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan tugasnya
secara efektif dan efisien.
Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada
praktek perawatan profesional, Salemba Medika, Jakarta
Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan.
Jakarta : EGC
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta
: EGC
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan.
Jakarta : Erlangga