Senin, 07 Januari 2013

Hemoroid


BAB I
PENDAHULUAN

 1.1 LATAR BELAKANG

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod eksternal. (brunner & suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.

  
 1.2 Tujuan
(1). Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi,manifestasiklinis,patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada klien hemoroid.
(2). Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai angka kejadian penyakit hemoroid.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Definisi
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQU4mUc9Z7bv7w6c6K6caKTuYWWw03CY2wS-28_g-lne5e3wi-u

Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.

2.2 Anatomi dan Fisiologi
Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal. Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak terdapat pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya berkesinambungan.
Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar. Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui kontraksi serabut – serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini, 6 – 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan transversal. Alur – alur diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna.
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.

2.3 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
2.3.1 Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
Ø  Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
Ø  Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
       

Ø  Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di dorong
Ø  Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul trombus yang di ikuti infeksidan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, padahal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi. Inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid .
Hemoroid eksterna
           Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
1. Sering rasa sakit dan nyeri
2. Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit .


b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

2.4 Etiologi                
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal. Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Faktor Resiko hemoroid :
1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat, memounyai predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur tua timbul digenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon kelaksin)
6. Endokrin
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio hordis atau sikrosis hepatis
8. Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang
2.5 Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi, konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan. Proses di atas menimbulkan diagnosa gangguan intregritas kulit, nyeri, kekurangan volume cairan, dan kelemahan .
2.6 Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.





2.7 Pemeriksaan Diagnostik
  1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
  1. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
       3.Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
  1. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
  2. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang


 2.8 Penatalaksanaan Medis
  1. Penatalaksanaan Medik
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang diperlukan, bila tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengapsorpsi air saat melewati usus dapat membantu. Tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps.
  1. Penatalaksanaan Surgikal
  • Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional (menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
  1. Bedah Konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.
  1. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
  1. Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan:
- Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi?
- Adakah nyeri abdomen?
- Apakah terdapat perdarahan dari rektum? Berapa banyak, seberapa sering, apa warnanya?
- Adakah mucus atau pus?
- Bagaimana pola eliminasi klien? Apakah sering menggunakan laksatif?
         Pengkajian Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
ü  Kurang olahraga
ü  Riwayat penyakit sirorcis hepatis
       Pola nutrisi metabolik
ü  Obesitas, anemia
ü   Diet rendah serat (kurang makan sayur dan buah)
ü  Minum air putih kurang dari 2.000 cc/hari
       Pola eliminasi
ü  Ditemukan sering konstipasi
ü  Nyeri waktu defekasi, duduk, jalan
ü  Keluar darah segar dari anus, jumlah, warna
ü  Mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feses, ada darah/nanah.
ü  Prolap varices pada anus.
ü  Gatal.
       Pola aktivitas dan latihan
ü  Kurang aktivitas
ü  Kurang olahraga
ü  Pekerjaan banyak duduk/berdiri
ü  Mengangkat barang-barang berat
       Pola persepsi kognitif
ü  Nyeri
ü  Gatal
       Pola tidur dan istirahat
ü  Gangguan pola tidur karena nyeri
       Pola reproduksi seksual
ü  Riwayat persalinan dan kehamilan
       Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat
ü  Koping yang digunakan dan alternatif pemecahan masalah.

2.  Diagnosa Keperawatan Pre OP
1.      Nyeri b.d adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
2.      Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama defekasi.
3.      Resti perdarahan b.d penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
4.      Cemas b.d rencana pembedahan dan rasa malu.

3.  Perencanaan
DP1.    Nyeri b.d adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
Kriteria hasil :  Nyeri berkurang setelah perawatan 1×24 jam dengan kriteria :
-   Skala nyeri 0-1
-   Wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
1)   Kaji skala nyeri
      Rasional:   Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
2)   Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
      Rasional:   Mengurangi rasa nyeri.
3)   Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
      Rasional:   Memberikan rasa nyaman.
4)   Observasi tanda-tanda vital.
      Rasional:   Identifikasi dini komplikasi nyeri.
5)   Berikan bantal/alas pantat
      Rasional:   Untuk mengurangi rasa nyeri.
6)   Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
      Rasional:   Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
7)   Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.
      Rasional:   Mengurangi rasa nyeri.
8)   Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
      Rasional:   Mengurangi rasa nyeri.

DP2.    Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama      
           defekasi.
Kriteria hasil:  Dapat defekasi secara lancar setelah perawatan 2×24 jam dengan
kriteria :
-  Buang air besar 1 kali perhari.
-  Konsistensi faeces lembek, tidak ada darah dan pus
-  Buang air besar tidak nyeri dan tidak perlu mengejan lama.
Rencana tindakan:
1)  Kaji pola eliminasi dan konsistensi faeces.
     Rasional:   Mengetahui pola kebiasaan buang air besar klien.
2)  Berikan minum air putih 2-3 liter perhari (bila tidak ada kontraindikasi)
     Rasional:   Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi faeces lembek.
3)  Berikan banyak makan sayur dan buah.
     Rasional:   Meningkatkan massa faeces sehingga lebih mudah dikeluarkan.
4)  Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan buang air besar.
     Rasional:   Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi konstipasi.
5)  Anjurkan untuk menyediakan waktu yang sama setiap hari untuk buang air     
     besar (setiap pagi/sore).
     Rasional:   Membiasakan pola buang air besar yang normal.
6)  Anjurkan untuk melakukan latihan relaksasi sebelum defekasi.
     Rasional:   Merilekskan otot-otot sfingter anal.
7)  Anjurkan untuk olahraga ringan secara teratur.
     Rasional:   Meningkatkan peristaltik usus untuk merangsang buang air besar.
8)  Kolaborasi untuk pemberian terapi laxantia dan analgetik.
     Rasional:   Pelunak feses dan mengurangi nyeri saat buang air besar.

DP3.    Resti perdarahan b.d penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
Kriteria hasil:  Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan:
-  Tanda-tanda vital dalam batas normal.
-  Tidak timbul perdarahan pada faeses dalam waktu 1-2 hari.
Rencana tindakan:
1)  Kaji tanda-tanda vital (S, N, P, TD, HR) setiap 4 jam.
     Rasional:   Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat.
2)  Monitor tanda-tanda hipovolemia.
     Rasional:   Deteksi dini untuk tindakan segera.
3)  Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah bab.
     Rasional:   Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
4)  Beri air minum 2-3 liter/hari.
     Rasional:   Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi faeses lembek.
5)  Berikan banyak makan sayur dan buah.
     Rasional:   Meningkatkan masa feses sehingga lebih mudah dikeluarkan.
6)  Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan bab.
     Rasional:   Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi konstipasi.
7)  Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.
     Rasional:   Pelunak feses dan mengurangi nyeri saat buang air besar.

DP4.    Cemas b.d rencana pembedahan
Kriteria hasil:  Kecemasan berkurang setelah perawatan 1×24 jam, dengan kriteria :
-   Pasien mengatakan kecemasan berkurang.
-   Pasien berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Rencana tindakan:
1)  Kaji tingkat kecemasan.
     Rasional:   Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan tindakan yang tepat.
2)  Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
     Rasional:   Menentukan informasi yang akan diberikan.
3)  Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
     Rasional:   Mengurangi kecemasan.
4)  Dampingi dan dengarkan pasien.
     Rasional:   Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga mengurangi cemas.
5)  Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit yang sama untuk   
     memberikan dukungan.
     Rasional:   Sebagai support sistem dan mengurangi rasa malu.
6)  Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
     Rasional:   Untuk mengurangi cemas.
7)  Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.
     Rasional:   Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi akan mengurangi
     cemas.
8)  Kolaborasi untuk terapi anti ansietas (bila perlu).
     Rasional:   Mengurangi ansietas.

Q. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
1.   Pengkajian
   >  Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
                        Keadaan lingkungan yang tenang (nyaman)
Pengetahuan tentang perawatan pre operasi.
Apa harapan klien setelah operasi.
  >  Pola nutrisi metabolik
Kepatuhan diet.
  >  Pola eliminasi
Perdarahan
  >  Pola buang air besar dan buang air kecil.
Mengejan
Kebersihan setelah buang air besar dan buang air kecil.
  >  Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas yang menimbulkan nyeri
Kelemahan
  >  Pola tidur dan istirahat
Gangguan tidur akibat nyeri
  >  Pola persepsi kognitif
Tindakan yang dilakukan bila timbul nyeri.
   >  Pola persepsi dan konsep diri
Kecemasan

2.  Diagnosa Keperawatan
  1)  Nyeri b.d adanya luka operasi
  2)  Resiko tinggi perdarahan b.d hemoroidectomi
  3)  Perubahan pola eliminasi urine b.d nyeri dan efek anestesi pasca bedah.
  4)  Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka operasi di daerah anorektal.
  5)  Resiko berulangnya hemoroid b.d kurang pengetahuan.
       3.  Perencanaan
DP1.    Nyeri b.d adanya luka operasi.
Kriteria Hasil :  Nyeri berkurang setelah perawatan 2×24 jam dengan kriteria :
-   Skala nyeri 0-1
-   Wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
1)  Kaji skala nyeri
     Rasional:   Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
2)  Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
     Rasional:   Untuk mengurangi rasa nyeri.
3)  Berikan posisi supine.
     Rasional:   Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
4)  Observasi tanda-tanda vital.
     Rasional:   Identifikasi dini komplikasi nyeri.
5)  Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
     Rasional:   Menghindari penekanan pada daerah operasi.
6)  Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tompon diangkat.
Rasional:   Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan   
ketidaknyamanan.
7)  Kolaborasi pelunak feses dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari sedikitnya 2-3 liter
     cairan, makanan berserat.
     Rasional:   Feses yang keras menekan insisi operasi.
8)  Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
     Rasional:   Mengurangi nyeri.

DP2.    Resiko tinggi perdarahan b.d hemoroidectomi.
Kriteria Hasil:  Tidak terjadi perdarahan setelah perawatan 48 jam, dengan kriteria :
-  Balutan luka operasi tidak basah.
-  Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
1)  Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
     Rasional:   Indikator dini perubahan volume darah.
2)  Monitor tanda-tanda hipovolemik.
     Rasional:   Deteksi dini untuk tindakan segera.
3)  Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24 jam pertama.
     Rasional:   Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
4)  Berikan kompres dingin.
     Rasional:   Vasokonstriksi pembuluh darah.
5)  Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.
     Rasional:   Indikator lain perubahan volume darah.
6)  Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.
     Rasional:   Untuk menciuatkan pembuluh darah.

DP3.    Perubahan pola eliminasi urine b.d nyeri dan efek anestesi.
Kriteria hasil:  Pola eliminasi normal setelah perawatan 1×24 jam, dengan kriteria :
-  Buang air kecil lancar
-  Buang air kecil spontan.
Rencana tindakan:
1)  Observasi jumlah intake cairan.
     Rasional:   Menilai keadekuatan intake cairan.
2)  Berikan intake cairan 2-3 liter per 24 jam bila tidak ada batasan.
     Rasional:   Memberikan hidrasi yang adekuat.
3)  Ukur intake dan output.
     Rasional:   Mengetahui keseimbangan cairan.
4)  Anjurkan untuk buang air kecil setelah rendaman duduk hangat.
     Rasional:   Air hangat dapat merilekskan kandung kemih.
5)  Periksa kandung kemih apakah penuh atau kosong.
     Rasional:   Bila penuh terjadi retensi.
6)  Observasi jumlah urine (buang air kecil) 24 jam pertama.
     Rasional:   Mengetahui fungsi adekuat sistem perkemihan.
7)  Kolaborasi untuk pemasangan selang kencing bila dalam 6 jam post operasi belum
     buang air kecil dengan intake cairan adekuat.
     Rasional:   Kemungkinan terjadi retensi urine dan harus dikeluarkan.

DP4.    Resiko tinggi b.d adanya luka operasi di daerah anorektal.
Kriteria hasil:  Tidak terjadi infeksi setelah perawatan 1 minggu dengan kriteria :
-  Luka sembuh dengan baik.
-  Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
1)  Observasi tanda-tanda vital.
     Rasional:   Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini proses
     infeksi.
2)  Berikan rendaman duduk setiap kali setelah buang air besar selama 1-2 minggu.
     Rasional:   Mematikan kuman penyebab infeksi.
3)  Kaji daerah operasi terhadap pembengkakn dan pengeluaran pus.
     Rasional:   Merupakan tanda-tanda infeksi.
4)  Ganti tampon setiap kali setelah bab.
      Rasional:   Mencegah infeksi.
5)  Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
      Rasional:   Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.

DP5.    Resiko berulangnya hemoroid b.d kurang pengetahuan tentang perawatan diri.
Kriteria hasil:  Mengungkapkan pemahaman tentang aktivitas perawatan diri yang tepat setelah perawatan 1 minggu, dengan kriteria :
-  Dapat membuat larutan untuk rendaman duduk.
-  Dapat menyebutkan upaya-upaya pencegahan berulangnya penyakit.
-  Berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Rencana tindakan:
1)  Kaji tingkat pemahaman pasien tentang pengelolaan post operasi.
     Rasional:   Menentukan informasi yang akan diberikan.
2)  Jelaskan tentang pentingnya menghindari mengejan kuat saat buang air besar, diet
tinggi serat, olahraga teratur, minum air putih minimal 8 gelas per hari dan segera buang air besar bila ada rangsangan untuk buang air besar.
     Rasional:   Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi resiko untuk berulangnya
     penyakit.
3)  Jelaskan cara perawatan luka.
     Rasional:   Meningkatkan pengetahuan tentang perawatan di rumah.
4)  Berikan kesempatan pasien untuk mendemonstrasikan pembuatan larutan untuk      
rendaman duduk, cara mengeringkan daerah operasi, dan cara melakukan rendaman duduk.
Rasional:   Memberikan pengalaman langsung sehingga dapat melakukan-nya setelah pulang.
5)  Jelaskan tentang guna menjaga daerah operasi dan anorektal selalu dalam keadaan   
      kering dan bersih.
      Rasional:   Pasien berpartisipasi dalam pencegahan infeksi.
6)  Jelaskan tentang perawatan luka secara teratur dan penggunaan obat sesuai dosis    
     sampai habis terutama antibiotika.
     Rasional:   Mencegah infeksi dan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
     Perawatan dan pengobatan.
7)  Jelaskan tentang guna ambulasi sesegera mungkin (kecuali untuk spinal anastesi).
Rasional:   Meningkatkan motivasi pasien untuk melakukan ambulasi dan   
Mencegah komplikasi.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
       Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis,peradangan,dan terjadi perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

3.2 SARAN
  Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
  1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
  2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
  3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar hemoroid.
  4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.
  5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.



DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar