Minggu, 31 Maret 2013

Suvervisi Dalam Keperawatan


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan. Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari Perawat profesional. Oleh karena itu sebagai seorang manajer keperawatan atau sebagai Perawat profesional diharapkan mempunyai kemampuan dalam supervisi dan evaluasi.

Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segalam kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya.

Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah –masalah yang terjadi di unit keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.





BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian
Supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segalam bantuan dari pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi semacam ini adalah merupakan dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan para perawat.
Prajudi Atmosudiro (1982), Supervisi diartikan sebagai pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin.
Swansburg (1999), Supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian tugas-tugasnya.

B.   Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :
·         Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
·         Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).

C.   Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi
·         Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
·         Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan otoriter.(Suarli dan Bahtiar, 2009).

D.   Tujuan
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas

Swansburg & Swansburg (1999) menyatakan bahwa tujuan supervisi keperawatan antara lain:
·         Memperhatikan anggota unit organisasi disamping itu area kerja dan pekerjaan itu sendiri.
·         Memperhatikan rencana, kegiatan dan evaluasi dari pekerjaannya.
·         Meningkatkan kemampuan pekerjaan melalui orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai kebutuhannya serta mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan keperawatan.


E.   Sasaran supervisi
Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah sebagai berikut:
·         Pelaksanan tugas sesuai dengan pola
·         Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
·         Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinue/sistematis
·         Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis.
·         Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang
·         Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan objek/rational
·         Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan.

F.    Fungsi Supervisi
·         Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
·         Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
·         Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli, dan mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
·         Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan mangajak untuk diikutsertakan (sharing).



G.   Model – model supervisi
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
Ø  Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan
Ø  Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secaraberkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, insrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
Ø  Model Klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
Ø  Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.

H.   Karakteristik Supervisi
·         Mencerminkan kegiatan asuhan keprawatan yang sesungguhnya
·         Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada
·         Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala
·         Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau penanggung jawab yang ditunjuk)
·         Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
I.      Langkah – langkah supervise
a.     Pra supervise
·         Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
·         Supervisor menetapkan tujuan
b.    Supervisi
·         Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
·         Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
·         Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associste untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
·         Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
·         Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan Perawat Associate
·         Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer dan Perawat Associate
·         Supervisor memberikan reinforcement pada Perawat Primer dan Perawat Associate.
J.    Tehnik Supervisi
v  Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu :
a.    Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b.    Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian.
c.    Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan.
v  Area Supervisi.
a.    Pengetahuan dan pengertian tentang klien.
b.    Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c.    Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati
v  Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, Yaitu:
a.    Langsung.
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back dan perbaikan. Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
o   Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor.
o   Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan petunjuk.
o   Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.



b.     Supervisi secara tidak langsung :
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

K.   Pelaksana supervisi keperawatan
§  Kepala ruangan
§  Pengawas perawatan (supervisor)
§  Kepala bidang keperawatan

L.    Kompetensi Supervisor Keperawatan
·         Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
·         Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
·         Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
·         Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
·         Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan.
·         Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
·         Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.






BAB III
PENUTUP

.A. KESIMPULAN
            Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien.
Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.












DAFTAR PUSTAKA

Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan profesional, Salemba Medika, Jakarta

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar